Laman

Sabtu, 13 April 2013

Muhammad Al Fatih, Sang Penakluk Benteng Konstantinopel


“Konstatinopel akan jatuh ke tangan tentara Islam. Rajanya adalah sebaik baik raja, tentaranya adalah sebaik baik tentara.” (HR. Imam Ahmad)

Itulah petikan Sabda Rasulullah SAW ketika menggali parit Khandaq di hadapan para Sahabatnya empat belas abad yang lalu. Pujian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada raja dan tentara yang berhasil menaklukkan Konstantinopel, benar-benar melecut semangat jihad para pemimpin serta mujahidin yang hidup setelah beliau. Berkali-kali usaha ini dilancarkan, di antaranya: upaya penaklukan benteng Konstantinopel yang di lancarkan di zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan di bawah komando anaknya Yazid. Turut serta dalam pasukan ini Abu Ayyub al-Anshari, seorang shahabat Rasulullah yang pemberani. Namun usaha ini menemui kegagalan. Abu Ayyub al-Anshari akhirnya gugur ketika mengikuti pertempuran ini. Sebelum beliau wafat, beliau sempat berpesan kepada panglima Bani Umayyah; jika ia wafat, ia ingin sekali dikuburkan di bawah tembok benteng Konstantinopel. Pasukan muslimin pun menjalankan wasiat beliau; mereka menyerbu musuh sambil membawa jasad Abu Ayyub al-Anshari, hingga ketika mereka sampai ke tembok benteng Konstantinopel, para mujahidin menggali lobang, dan menguburkan beliau di situ, sesuai permintaan terakhir beliau.

BENTENG KONSTANTINOPEL

Konstantinopel, adalah salah satu bandar terkenal di dunia. Semenjak kota ini didirikan oleh maharaja Bizantium yakni Constantine I, ia sudah menyita perhatian masyarakat dunia saat itu; selain karena faktor wilayahnya yang luas, besar bangunannya, kemegahan dan keindahan arsitekturnya, Konstantinopel juga memiliki kedudukan yang strategis. Hal ini yang membuatnya juga mempunyai tempat istimewa ketika umat Islam memulai perkembangannya di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam, seperti dinyatakan oleh beliau dalam hadistnya.

Dibalik kemegahan Kota ini, Konstantinopel juga dikenal memiliki pertahanan militer yang terkenal kuat. Benteng raksasa yang berdiri kokoh, disertai para prajurit yang siap dengan berbagai macam senjatanya, selalu siap menyambut setiap pasukan yang hendak menyerang benteng ini. Tidak ketinggalan, galian parit yang besar membentang mengitari benteng ini, semakin menambah kesan bahwa kota ini mustahil ditaklukkan. Cukuplah kegagalan-kegagalan ekspedisi jihad umat Islam sebelumnya untuk menguasai kota ini, sebagai bukti akan ketangguhan pertahanannya.

MUHAMMAD AL FATIH SANG PENAKLUK

Hadits tersebut akhirnya terwujud 8OO tahun kemudian tepatnya pada tahun 1453 Masehi oleh Sultan Muhammad Al Fatih, khalifah kerajaan Usmaniyyah bersama 15O.OOO orang tentaranya. Sultan Muhammad yang menjadi raja pada usia 19 tahun adalah seorang negarawan ulung, panglima perang yang tangguh, teliti, dan terkenal ahli strategi. Menguasai ilmu pemerintahan, ilmu agama, sekaligus fasih bertutur 7 bahasa. Meskipun begitu, ia terkenal tawadhu dan rendah hati. Saat ini Kota Konstantinopel tersebut kita kenal sebagai kota Istanbul yang berada di Turki. 

Lalu dimanakah kehebatan sejati Raja dan tentaranya?
~ Pertama: Semua tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan shalat fardhu sejak baligh walau sekalipun.
~ Kedua: Setengah tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan shalat fardhu dan shalat rawatib sejak baligh walau sekalupun.
~ Ketiga: Sultan Muhammad Al Fatih sendiri tidak pernah meninggalkan shalat fardhu, shalat rawatib dan shalat tahajjud sejak baligh walau sekalipun.

Inilah profil sebaik-baik raja dan sebaik baik tentara yang telah diinsyarakatkan Rasulullah SAW. Semoga kisah Sultan Muhammad Al Fatih tersebut menjadi penyemangat untuk kita agar lebih meningkatkan amal shaleh sehingga bisa menjadi bagian umat terbaik di zaman ini. aamiin.

Tidak ada komentar: